By Jovially
Senin, 22 Februari 2010
Minggu, 21 Februari 2010
Keindahan dalam dalam seni adalah pada penekanan setiap iramanya.....( Jovialy S. Valentino)
Bee ShowOff
Colours Matches
You’ll be combining four images into a panorama for the poster. To provide continuity in the panorama, you’ll harmonize the color schemes in the images by matching the target image to the dominant colors in a source. First, you’ll open the document that you’ll use as the source for the color matching.
- In Photoshop, choose File > Open. Navigate to the Lesson10 folder, and double-click the IMG_1441.psd file to open it. There are four sequentially numbered images in the same folder. You’ll match the colors for these files.
- Choose File > Open, navigate to the Lesson10 folder, and double-click the IMG_1442.psd file to open it. The IMG_1442.psd file is overexposed in some areas, and a little washed out. You’ll use the Match Color feature to match its colors to those in the source file.
- With IMG_1442.psd active, choose Image > Adjustments > Match Color. In the Match Color dialog box, do the following:
- Select the Preview option, if it is not already selected.
- Choose IMG_1441.psd from the Source menu.
- Choose the Background layer from the Layer menu. You can select any layer in the source image, but this image has only one layer.
- Experiment with the Luminance, Color Intensity, and Fade settings.
- When the color scheme unifies the colors in the images, click OK.
- Choose File > Save to save the IMG_1442.psd file with the new colors.
Automating a multistep task
An action is a set of one or more commands that you record and then play back to apply to a single file or a batch of files. In this exercise, you’ll use actions to color match, sharpen, and save the images you’ll combine in a panorama.Using actions is one of several ways that you can automate tasks in Adobe Photoshop. To learn more about recording actions, see Photoshop Help.
You’ve already matched the color for one of the images. Now, you’ll sharpen one image using the Unsharp Mask filter and save it to a new Ready For Panorama folder.
- With the IMG_1442.psd file active, choose Filter > Sharpen > Unsharp Mask.
- In the Unsharp Mask dialog box, change the Radius to 1.2, and leave the other settings unchanged, and click OK.
- Choose File > Save As. Choose TIFF for the Format, use the same name (IMG_1442), and save it to a new folder called Ready For Panorama. Then, click Save.
- In the Image Compression area of the TIFF Options dialog box, select LZW, and click OK.
- Close the IMG_1442.psd file.
Search Engine Dari Go ke Bee
- Klik di sini untuk Link modifikasi tampilan google ini.
- Di kolom step 1 isikan dengan nama atau Modifikasi yang anda inginkan.
- Di kolom step 2 anda pilih style atau model logo Google Search Engine yang anda inginkan.
- Kemudian Klik Create my search engine Maka jadilah Google Search Engine versi Modifikasi anda.
Berikut langkah Untuk memasukan google modifikasi versi anda ini sebagai home page browser anda :
Untuk Browser Mozila Fire Fox
Untuk Browser Opera
Untuk Internet Explorer
Baca juga beberapa trik dan tips menarik diantaranya :
- Yahoo Mesenger alternatif Klik di sini
- Google dengan tulisan Terbalik Google Mirror-”elgoog”
- Download Video dari Youtube klik di sini
- Membuat Tulisan Terbalik Pada facebook Friendster Comment dan Website
- Cara Instalasi Huruf Arab Pada Windows
Jumat, 19 Februari 2010
Mengganti Layout Pada Facebook
Langkah Pertama adalah Dengan Mengunjungi " http://www.pagerage.com/FacebookLayouts.aspx?Section=Default"
Setelah itu ikuti instruksi yang Ada pada Yontoo layout.
By : Chomabee ( Rinho)
Kamis, 18 Februari 2010
Belajar Dari Karl Marx I
KARL MARX
Karl Marx lahir di Trier, distrik Moselle, Prussian Rhineland, Jerman pada tanggal 15 Mei 1818, dikenal sebagai pelopor ideologi sosialis. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan sosial. Meskipun ia memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya, namun ia lebih dikenal sebagai peletak dasar ideologi komunis. Bersama dengan sahabat karibnya, Friederich Engels, tahun 1847 mereka menerbitkan buku Communist Manifesto, buku yang menjadi bacaan dunia dan menjadi referensi utama lahirnya negara-negara berideologi komunis seperti Uni Sovyet dibawah pimpinan Lenin dan China yang dipimpin oleh Mao Tse-Tung. Marx meninggal di London pada 13 Maret 1883, sebelum ia menyelesaikan dua jilid terkhir dari bukunya yang sangat populer, Das Kapital yang diterbitkan pada tahun 1867. Kedua jilid lanjutan yang belum rampung tersebut diselesaikan oleh sahabatnya Friederich Engels yang dirujuknya dari catatan-catatan dan naskah peninggalan Marx.
Ironi Membicarakan Marx
Membicarakan Marx dalam konteks ke-Indonesiaan sesungguhnya masih menyisakan ironi yang sampai sekarang berlum terselesaikan sejak Orde Baru menancapkan kekuasaanya. Pemberangusan ideologi Marx oleh pemerintah, selalu dikaitkan dengan keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pernah mencoba melakukan kudeta. Meskipun banyak sejarawan yang menilai pelarangan tersebut lebih bersifat politis, PKI dijadikan tumbal oleh kudeta Orde Baru terhadap Orde Lama, di bawah kendali Soeharto. Bahkan, Mansour Faqih menilainya sebagai sebuah pelanggaran HAM. Pelarangan terhadap suatu teori, paham, atau suatu pandangan itu sendiri juga menyulitkan bagi mereka yang memahami hak asasi manusia karena bagi mereka, pikiran dan keyakinan adalah hak asasi anugerah Tuhan yang tak boleh dipaksakan maupun dilarang. Apalagi dalam era kepesatan perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini, pelarangan suatu pikiran atau paham hanyalah menjadi lelucon belaka, karena teknologi membuat siapa saja yang dapat mengakses teknologi tersebut diuntungkan, karena dengan mudah dapat dapat mengakses apa saja, termasuk ajaran dan teori Karl Marx dengan mudah dan cepat.
Pelarangan Marx semakin menunjukkan kelemahan pemerintah dalam membuka ruang dialektika dan diskursus sebagai sebuah proses ilmiah. Di satu sisi, pelarangan hanya bersifat simbolik yang membungkus dominasi jargon politik , di sisi lain, adalah sebuah tindakan diskriminatif yang justru bertentangan dengan prinsip demokrasi sebagai ideologi negara.
Proses dialektika sebagai sebuah tradisi ilmiah seharusnya dibuka selebar-lebarnya, hal ini demi menjaga vitalitas para intelektual untuk terus menerus melakukan auto-kritik dan pencerahan terhadap masyarakat dan dinamikanya. Sedangkan bagi Mansour Faqih dalam Kusumandaru (2004:xvi), “Analisis pemikiran para Marxis yang selain memberi sumbangan terhadap perdebatan epistemologi dan filsafat pengetahuan juga mewarnai pada hampir setiap cabang ilmu pengetahuan maupun perubahan sosial”.
Kerja, Alienasi dan Determinisme Ekonomi
Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial.
Konsep Marx tentang lahirnya masyarakat tanpa kelas dinilai utopis. Hal ini terutama dihadapkan pada dimensi kodrati manusia yang lahir dengan kekhasan dan keberagaman dalam segala hal, termasuk dalam tinjauan kelas-kelas sosial. Namun, preperensi tersebut justru menjadi inspirasi bagi manusia untuk memaknai hidupnya sebagai sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperbaiki nasib, untuk hidup yang lebih baik. Permasalahan tidak berhenti pada adanya kelas sosial ansich, akan tetapi ide Marx yang humanis ingin menggugah kesadaran manusia tentang kehidupannya, tidak menyerah kepada nasib dan dogma agama sekalipun.
Mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai hidupnya adalah inti dari pemikiran Marx. Sistem kapitalisme telah membawa alam kesadaran para buruh pada kondisi keterasingan (alienasi). Dalam bukunya Mengapa Masih Relevan Membaca Marx Hari Ini?, Wolff menulis:
… Umumnya alienasi mengacu kepada perasaan yang dapat berupa dislokasi atau disorientasi ekstrem. Konsep yang subyektivistik ini adalah bagian dari konsep alienasi Marx, namun hanya bagian kecil. Yang lebih fundamental, alienasi adalah kenyataan obyektif tentang hidup kita sendiri, dimana kita dapat saja teralienasikan meski tanpa pernah menyadarinya. (2004:22)
Menurut Marx ada empat aspek utama yang membuat kita teralienasikan dari kerja kita di bawah kapitalisme, yakni: alienasi dari produk, dari aktivitas produksi, dari esensi-spesies kita, dan dari orang lain. Pertama, alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau memiliki obyek tersebut. Kedua, alienasi dari aktivitas produksi. Menurut Marx, pembagian kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja pada degradasi keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu tugas yang repetitif dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan mesin, diprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang. Ketiga, alienasi dari esensi-spesies. Marx berpendapat bahwa di bawah kapitalisme, mayoritas perkerja tidak dapat menikmati ciri-ciri khas manusiawinya. Mereka berproduksi setengah hari mempertaruhkan seluruh kemampuan didorong untuk dan dari bekerja. Bagi Marx para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka tidak bekerja. Keempat, bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan terkadang waktu untuk keluarga pun tereduksi oleh pekerjaan. Bahkan menurut Marx, kita hanya menganggap diri kita hanyalah orang yang pergi bekerja untuk mendapatkan uang, kemudian pergi ke toko dan menghabiskannya, pada titik ekstrem mengarahkan kita menjadi masyarakat konsumtif.
Dialektika pemikiran Marx dalam menggugat kapitalisme, tidak hanya berhenti pada konsep kerja dan alienasi, dua postulat utama yakni determinisme ekonomi dan mekanisme perubahan dicatat oleh Garna (1992:43-44):
Marx mengemukakan dua postulat yang utama, pertama, determinisme ekonomi, yang menyatakan faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan perubahan masyarakat. Bentuk-bentuk produksi yang bersifat teknologis menentukan organisasi sosial suatu produksi, yaitu relasi-relasi yang mengakibatkan pekerja memproduksikan hasil dengan lebih efektif … kedua, menyentuh mekanisme perubahan (change), yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak. Tiga tahapan tersebut merupakan skema dialektik, yang idenya dipinjam dari seorang filsuf Jerman, George Hegel (1770-1831). (1) tesis (affirmation); (2) antitesis (negation), dan (3) sintesis (reconciliation of oppsites).
Ketimpangan hubungan ekonomi (determinisme ekonomi) bagi Marx telah menjadi faktor penting dalam menata sturktur dan perubahan masyarakat. Tambahan mengenai mekanisme perubahan meliputi tiga fase (tesis, antitesis, dan sintesis) yang ia kutip dari Hegel, semakin menguatkan gagasannya mewujudkan masyarakat tanpa kelas, sebagai sebuah sintesis antara sistem feodal dan kapitalisme.
Marx dan Semangat Revolusi; Perjuangan Dimulai dari Kesadaran
Revolusi adalah sebuah kosakata yang tidak pernah luput untuk disandingkan dengan semua diskursus yang membicarakan Marx. Revolusi yang dimungkinkan untuk terus mengalami penyempurnaan sesuai dengan zamannya. Meskipun Marx tidak pernah memberikan satu defenisi yang ringkas mengenai konsepsinya tentang revolusi. Marx hanya menunjukkan esensi di balik revolusi itu: perubahan dalam pola produksi umat manusia, yang pada gilirannya membawa perubahan pada pola tindak, dan tatanan masyarakat secara keseluruhan .
Visi Marx untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme sosialisnya. Sistem feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme akan menemui kehancuran dan melahirkan sintesis , komunis sebagai ideologi kekuatan baru, masyarakat tanpa kelas.
Menelusuri jejak-jekak pemikiran Marx seringkali kita terjebak pada ruang-ruang utopis, bahwa ide dasar semua filsafat senantiasa diarahkan untuk mencapai sesuatu yang ideal, sementara sesuatu yang ideal adalah utopis. Negara komunis Uni Soviet yang diakui oleh Lenin diadopsi dari pemikiran Marx, adalah contoh kongkrit terjadinya disoriented dari ide dasar masyarakat tanpa kelas di bawah kuasa dikatotor ploretarian. Diktator ploretarian menurut Marx adalah tindakan-tindakan massa yang telah memegang kendali (aparatur) negara untuk mengantisipasi tindakan reaksi yang timbul dari kaum kapitalis. Walhasil, runtuhnya tembok Berlin tahun 1990 menjadi pemicu bubarnya negara komunis terbesar Uni Soviet, menjadi bukti pengaburan dan pembelokan ide negara tanpa kelas (atau lenyapnya negara) oleh Marx, bukan kerapuhan dan ketidakmampuan sebuah ide untuk merealitas, -atau sisi kemampuan seorang pemimpin dalam mengorganisir ide maupun kelompoknya.
Kemampuan konsep pemikiran Marx lahir menjadi sebuah ideologi yang mendunia membawanya menjadi salah salah seorang pemikir yang disegani dan dibaca sampai sekarang. Namun di balik gagasan besar tersebut, yang paling penting adalah inspirasi revolusi. Bahwa perjuangan dimulai dari kesadaran lebih dari sekadar memahami idenya. Wolff (2004:45) mencatat kutipan inspirasi penggerak revolusi yang tertera di nisan Marx:
Pahatan terkenal di nisan Marx di wilayah pekuburan Highgate menunjukkan inti pandangannya, dikutip dari ‘Thesis on Feuerbach’, berbunyi: ‘Filsuf hanya menginterpretasikan dunia dengan berbagai cara, namun yang diperlukan sesungguhnya adalah mengubah dunia itu sendiri’. (M.158)
Kemampuan gagasan Marx untuk berdialektika dengan zaman, menjadikannya pemikir yang tidak pernah sepi dari kritikan dan pujian atasnya. Namun, apapun tanggapan dunia terhadapnya, kehadirannya telah menggerakkan kesadaran kelompok buruh, budak dan aktivis sosialis untuk mengorganisir diri dan berjuang mewujudkan perubahan. “Lebih jauh, Marx berpendapat bahwa para pekerja tidak akan pernah menikmati emansipasi kecuali menjadi bagian dari perjuangan yang berusaha mewujudkan emansipasi tersebut.“(Wolff,2004:45). Masih eksisnya negara komunis Cina, Korea Utara, dan partai-partai buruh sosialis, menjadi wujud kontekstualitas ide Marx.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Phil, 2005. Psikologi Maxis. Yogyakarta, Alenia
Garna, Judistira K. 1992. Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Hart, Michael H. 1995. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. Jakarta, Dunia Pustaka Jaya
Kusumandaru, Ken Budha, 2004. Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme. Yogyakarta, Resist Book
Wolff, Jonathan, 2004. Mengapa Masih Relevan Membaca Marx Hari Ini?. Yogyakarta, Mata Angin
Shortcut Photoshop
Shortcut Keyboard untuk Photoshop.
( biar Cepet kerjanya dan kelihatan Profesional... Mahir)
Beberapa shortcut yang wajib kita kuasai tersebut antara lain :
Ctrl + Z / Ctrl + Alt + Z ( Undo / Re-undo)
Merupakan shortcut dari Undo yang digunakan untuk membatalkan perintah. Ctrl + Z untuk membatalkan perintah terakhir sedangkan Ctrl + Alt + Z untuk membatalkan sampai dengan 10 perintah terakhir.
Ctrl + V
Merupakan shortcut untuk mem-paste obyek yang telah di-copy/di-cut.
Spasi
Merupakan shortcut dari Hand Tool yang digunakan untuk menggeser tampilan. Kemudian apa bedanya dengan apabila kita menekan tombol H yang merupakan shortcut dari Hand Tool? Misalnya saja kita sedang aktif pada Pen Tool kemudian kita ingin menggeser posisi dari tampilan gambar kita dan kita menekan tombol H maka kita akan aktif pada Hand Tool dan bukan pada Pen Tool lagi. Sedangkan apabila kita menggunakan tombol Spasi maka kita akan berpindah sementara pada Hand Tool (selama kita menekan tombol Spasi) namun tetap saja kita aktif pada Pen Tool dan setelah kita tidak menekan tombol Spasi lagi kita akan kembali pada Pen Tool.
Ctrl + Spasi + Drag
Digunakan untuk membesarkan tampilan pada area yang di drag.
Ctrl + Spasi + Klik / Ctrl + Spasi + Alt + Klik
Digunakan untuk membesarkan/mengecilkan tampilan secara bertahap.
Ctrl + “+” / Ctrl + “-”
Digunakan untuk membesarkan/mengecilkan tampilan.
Ctrl + 0
Digunakan untuk melihat tampilan gambar 100%.
Ctrl + D
Shortcut yang digunakan untuk mematikan seleksi/selection.
Ctrl + C
Merupakan shortcut untuk meng-copy obyek.
Ctrl + X
Merupakan shortcut untuk meng-cut obyek.
F
Digunakan untuk mengganti screen mode menjadi Full Screen Mode. Dengan menggunakan Full Screen Mode akan mempermudah proses kerja kita terutama bila kita melakukan zooming dan sebagainya.
Tab
Digunakan untuk menyembunyikan alat-alat meliputi Toolbox, Window Layers, dan sebagainya. Biasanya kita menggunakannya bersamaan dengan Full Screen Mode.
Tombol “[" atau "]“
Digunakan untuk memperbesar/memperkecil ukuran brush dengan cepat.
Shortcut-shortcut yang telah disebutkan diatas tidak mutlak harus anda kuasai namun seiring dengan kebutuhannya, nantinya anda akan sangat terbantu menggunakan shortcut-shortcut tersebut.
adapun beberap shortcut ....
biasa didapat bila kita mencoba Misalnya Ctrl + Alt + W ...
dan lain-lain Semoga Bermanfaat
By ChomaBee
Perlahan belajar Filsafat II
3. Manusia berteologi
Teologi adalah: pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia dihadapan Allah, Yang mutlak dan Yang kudus, yang diakui sebagai Sumber segala kehidupan di alam semesta ini. Iman itu ada dalam diri seseorang antara lain melalui pendidikan (misalnya oleh orang tua), tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya dengan cermat merenungkan hidupnya di hadapan Sang pemberi hidup itu. Dalam hal ini Allah dimengerti sebagai Realitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga.
Iman adalah sikap batin. Iman seseorang terwujud dalam sikap, perilaku dan perbuatannya, terhadap sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya. Jika iman yang sama (apapun makna kata "sama" itu) ada pada dan dimiliki oleh sejumlah atau sekelompok orang, maka yang terjadi adalah proses pelembagaan. Pelembagaan itu misalnya berupa (1) tatacara bagaimana kelompok itu ingin mengungkapkan imannya dalam doa dan ibadat, (2) tatanilai dan aturan yang menjadi pedoman bagi penghayatan dan pengamalan iman dalam kegiatan sehari-hari, dan (3) tatanan ajaran atau isi iman untuk dikomunikasikan (disiarkan) dan dilestarikan. Jika pelembagaan itu terjadi, lahirlah agama. Karena itu agama adalah wujud sosial dari iman.
Catatan.
(1) Proses yang disebut pelembagaan itu adalah usaha yang sifatnya metodis, sistematis dan koheren atas kenyataan yang berupa kesadaran akan kehadiran Sang Realitas yang mengatasi hidup. Dalam konteks inilah kiranya kata akal ("'aql") dan kata ilmu ("'ilm") telah digunakan dalam teks Al Qur'an. Kedekatan kata 'ilm dengan kata sifat 'alim kata ulama kiranya juga dapat dimengerti. Periksalah pula buku Yusuf Qardhawi, "Al-Qur'an berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan", Gema Insani Press, 1998. Namun sekaligus juga harus dikatakan, bahwa kata "ilmu" itu dalam pengertian umum dewasa ini meski serupa namun tetap tak sama dengan makna kata "ilmu" dalam teks dan konteks Al-Qur'an itu.
(2) Proses terbentuknya agama sebagaimana diungkapkan disini pantas disebut sebagai pendekatan "dari bawah". Inisiatif seakan-akan berasal dari manusia, yang ingin menemukan hakekat hidupnya di dunia ini dikaitkan dengan Sang sumber hidup dan kehidupan. Manusia meniti dan menata hidupnya sesuai dengan hasil penemuannya. Pendekatan "dari atas" nyata pada agama-agama samawi: Allah mengambil inisiatif mewahyukan kehendakNya kepada manusia, dan oleh karena itu iman adalah tanggapan manusia atas "sapaan" Allah itu.
Sebagai ilmu, teologi merefleksikan hubungan Allah dan manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin mempertanggungjawabkannya: "aku tahu kepada siapa aku percaya" (2Tim 1:12). Teologi bukan agama dan tidak sama dengan Ajaran Agama. Dalam teologi, adanya unsur "intellectus quaerens fidem" (akal menyelidiki isi iman) diharapkan memberi sumbangan substansial untuk integrasi akal dan iman, iptek dan imtaq, yang pada gilirannya sangat bermanfaat bagi hidup manusia masa kini.
4. Obyek material dan obyek formal
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsistenefisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat. dan
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Perlahan belajar Filsafat
1. Manusia bertanya
Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama:
“Manusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi sekitar keadaan hidup manusia. Sama seperti dulu, sekarang pun rahasia tersebut menggelisahkan hati manusia secara mendalam: apa makna dan tujuan hidup kita, apa itu kebaikan apa itu dosa, apa asal mula dan apa tujuan derita, mana kiranya jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, apa itu kematian, apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut, akhirnya apa itu misteri terakhir dan tak terungkapkan, yang menyelimuti keberadaan kita, darinya kita berasal dan kepadanya kita menuju?” -- Zaman Kita (no.1), Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Sikap Gereja Katolik terhadap Agama-agama bukan Kristen, 1965.
Salah satu hasil renungan mengenai hal itu, yang berangkat dari sikap iman yang penuh taqwa kepada Allah, terdapat dalam Mazmur 8:
“Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulianya namaMu diseluruh bumi!
KeagunganMu yang mengatasi langit dinyanyikan.
Mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu berbicara bagiMu, membungkam musuh dan lawanMu.
Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang yang Kautempatkan;
apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Siapakah dia sehingga Engkau mengindahkannya? -- Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segalanya telah Kauletakkan dibawah kakinya:
kambing domba dan lembu sapi sekalian,
juga binatang-binatang di
burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut,
dan apa yang melintasi arus lautan.
Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulia namaMu di seluruh bumi!”
2. Manusia berfilsafat
Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas).refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan). Filsafat merupakan
Al-Kindi (801 - 873 M) : "Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia ... Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran".
Unsur "rasional" (penggunaan akal budi) dalam kegiatan ini merupakan syarat mutlak, dalam upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan "secara mendasar" pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat. Disebut "secara mendasar" karena upaya itu dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab-musabab pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau bahkan sebab-musabab terdalam dari obyek yang dipelajari ("obyek material"), yaitu "manusia di dunia dalam mengembara menuju akhirat". Itulah scientia rerum per causas ultimas -- pengetahuan mengenai hal ikhwal berdasarkan sebab-musabab yang paling dalam.
Karl Popper (1902-?) menulis "semua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. Ada yang berpendapat bahwa hidup itu tanpa harga, karena hidup itu akan berakhir. Mereka tidak menyadari bahwa argumen yang terbalik juga dapat dikemukakan, yaitu bahwa kalau hidup tidak akan berakhir, maka hidup adalah tanpa harga; bahwa bahaya yang selalu hadir yang membuat kita dapat kehilangan hidup sekurang-kuran gnya ikut menolong kita untuk menyadari nilai dari hidup". Mengingat berfilsafat adalah berfikir tentang hidup, dan "berfikir" = "to think" (Inggeris) = "denken" (Jerman), maka - menurut Heidegger (1889-1976 ), dalam "berfikir" sebenarnya kita "berterimakasih" = "to thank" (Inggeris) = "danken" (Jerman) kepada Sang Pemberi hidup atas segala anugerah kehidupan yang diberikan kepada kita.
Menarik juga untuk dicatat bahwa kata "hikmat" bahasa Inggerisnya adalah "wisdom", dengan akar kata "wise" atau "wissen" (bahasa Jerman) yang artinya mengetahui. Dalam bahasa Norwegia itulah "viten", yang memiliki akar sama dengan kata bahasa Sansekerta "vidya" yang diindonesiakan menjadi "widya". Kata itu dekat dengan kata "widi" dalam "Hyang Widi" = Tuhan. Kata "vidya" pun dekat dengan kata Yunani "idea", yang dilontarkan pertama kali oleh Socrates/Plato dan digali terus-menerus oleh para filsuf sepanjang segala abad.
Menurut Aristoteles (384-322 sM), pemikiran kita melewati 3 jenis abstraksi (abstrahere = menjauhkan diri dari, mengambil dari). Tiap jenis abstraksi melahirkan satu jenis ilmu pengetahuan dalam bangunan pengetahuan yang pada waktu itu disebut filsafat:
Aras abstraksi pertama - fisika. Kita mulai berfikir kalau kita mengamati. Dalam berfikir, akal dan budi kita “melepaskan diri” dari pengamatan inderawi segi-segi tertentu, yaitu “materi yang dapat dirasakan” (“hyle aistete”). Dari hal-hal yang partikular dan nyata, ditarik daripadanya hal-hal yang bersifat umum: itulah proses abstraksi dari ciri-ciri individual. Akal budi manusia, bersama materi yang “abstrak” itu, menghasilan ilmu pengetahuan yang disebut “fisika” (“physos” = alam).
Aras abstraksi kedua - matesis. Dalam proses abstraksi selanjutnya, kita dapat melepaskan diri dari materi yang kelihatan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti (“hyle noete”). Ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh jenis abstraksi dari semua ciri material ini disebut “matesis” (“matematika” – mathesis = pengetahuan, ilmu).
Aras abstraksi ketiga - teologi atau “filsafat pertama”. Kita dapat meng-"abstrahere" dari semua materi dan berfikir tentang seluruh kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang asas pembentukannya, dsb. Aras fisika dan aras matematika jelas telah kita tinggalkan. Pemikiran pada aras ini menghasilkan ilmu pengetahuan yang oleh Aristoteles disebut teologi atau “filsafat pertama”. Akan tetapi karena ilmu pengetahuan ini “datang sesudah” fisika, maka dalam tradisi selanjutnya disebut metafisika.
Secara singkat, filsafat mencakup “segalanya”. Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan; disebut “sebelum” karena semua ilmu pengetahuan khusus mulai sebagai bagian dari filsafat dan disebut “sesudah” karena ilmu pengetahuan khusus pasti menghadapi pertanyaan tentang batas-batas dari kekhususannya.